Malam ini suamiku kembali terlihat lesu sesampainya di rumah. Tidak ada raut wajah riang meski anak-anak mencoba mengajak bermain. Kondisi ini sudah terjadi dalam beberapa bulan terakhir.
Sebenarnya aku sudah paham betul apa yang menyebabkan sikapnya tersebut. Kami sudah berulang berdiskusi. Bahkan sejak kelahiran anak pertama kali. Namun mungkin jalan itu masih susah untuk ditempuh saat ini.
Sebagai istri, aku sudah mencoba belajar menjadi pribadi yang lebih baik dari hari kemarin. Aku sudah legowo menerima semua takdirku. Termasuk apabila kemungkinan yang terburuk akan terjadi. Aku memilihnya sendiri tanpa paksaan orang lain.
Meski awalnya aku yang kekeh untuk tidak setuju dengan pandangannya. Namun aku sudah bukan lagi gadis 7 tahun lalu yang baru dia nikahi. Aku sekarang adalah seorang istri dengan dua buah hati yang memberi banyak pelajaran. Namun malah kali ini dia yang memiliki keraguan.
Hari itu akhirnya datang juga. Saat ini aku merasa bagai karang besar dilautan. Aku memeluknya erat dari terpaan ombak besar. Termasuk menerima sambaran petir dari langit.
"Kita pasti bisa bi, bismillah, ini jalan terbaik"
Kalimat itu yang selalu aku ucapkan sejak akhirnya beliau dapat melepaskan karirnya. Akhirnya suamiku tidak lagi menjadi buruh korporasi. Batinnya sekarang lepas seperti burung dara yang sedang terbang tinggi mencari pasangannya.
Momen Indonesia 2024 yang menuju transformasi digital ternyata menjadi batu loncatannya untuk mengundurkan diri. Dia memutuskan melepaskan profesi yang sudah dilakoni selama 12 tahun terakhir. Selain beban kerja yang berat, tidak ada kenaikan gaji yang sepadan dengan jerih payahnya.
Sayangnya tidak semudah itu Ferguso. Kami butuh selama tiga bulan lebih tertahan. Semua itu karena suamiku pekerja yang tak pelit tenaga dan waktu. Pekerjaan juga selalu selesai dengan sempurna. Sayang pendidikan di bawah para rekannya.
Saat surat pengunduran diri dilayangkan. Para petinggi yang menyayangi menawarkan promosi jabatan seketika. Tidak lupa kenaikan gaji beberapa kali lipat. Jika itu diriku 7 tahun yang lalu, pasti aku sudah hancur menjadi remah egg roll. Bersyukur kami sudah lebih kuat saat ini.
Waktu selama 7 tahun membawa banyak perubahan besar pada kami. Terutama ketika masa pandemi melanda. Tawaran jelas kami tolak, namun cacian dari para rekan kerja tak henti menghujatnya. Tanpa mereka tahu, tinggal menunggu waktu suami melambaikan tangannya melenggang bak Putri Indonesia.
Satu hal yang menjadi keyakinan kami. Janji Allah yang Maha Kaya Pemilik Alam Semesta. Janji yang dituliskan bahkan sebelum alam semesta dibuat.
Alhamdulillah tubuh kami sedang dibersihkan dari rejeki yang kemarin. Meski lambung sering kosong, lemak tubuh kami yang sedang ambil bagian. Semoga langkah ambil kami selalu dimudahkan dan dilancarkan.
Posting Komentar
Posting Komentar