"Bagus, nduk. Tetap hati-hati." Balasan bapak yang baru aku baca ketika istirahat siang.
Aku meminta ikut Rahma untuk membeli makan siang. Sebelumnya Rahma menolak dan memintaku tetap bersama Danu, Rangga dan anak-anak. Tapi aku ingin sedikit bernafas lega karena ini pertama kalinya aku berkunjung ke Tempat Pembuangan Akhir.
“Gak jauh kok, itu sudah kelihatan warungnya.” Jawab Rahma sembari menunjuk sebuah warung kecil di luar area kami belajar tadi.
“Sa, kamu mau makan apa pilih sendiri gih.” Perintah Rahma sesampainya di warung.
“hmmm, kalau enggak ikut kamu bakal beliin aku apa?” Aku kembali bertanya pada Rahma.
“Yang pasti kalo gak ayam ya telur Sa, atau sesuai menu yang tersedia aja” Jawab Rahma.
“Bu, pesanannya sudah siap?” Tanya Rahma pada ibu penjual.
“Siap dong, bentar lagi bapak anterin kesana.” Jawab Ibu tersebut.
“Saya ayam goreng dengan tumisan sayur yang itu ya bu.” Ucapku menyela pembicaraannya.
“Iya neng, bantu ngajar anak-anak juga ya?” tanya ibu tersebut padaku.
“Iya bu.” Jawabku singkat disertai senyuman.
Setelah membayar, Rahma dan aku berjalan kembali ke lokasi. Tak lama seorang bapak datang membawa kresek besar berwana merah. Anak-anak langsung riuh menyambut kedatangannya.
Anak-anak kemudian berlari menuju keran air di ujung lokasi kami berkumpul. Mereka saling mengantri sembari bersendau gurai. Rahma menyodorkan botol minumnya untuk ku pakai cuci tangan.
“Gak usah, pake punyaku aja.” Jawabku sembari menggengam botol air minum.
Selepas cuci tangan, Danu mulai memberi arahan kepada anak-anak untuk duduk. Anak-anak segera menata diri mereka secara melingkar dengan rapi. Danu dan Rangga lalu membagi bungkusan yang terdapat pada kantong tersebut. Anak-anak dengan sigap menyalurkan bungkusan secara merata. Tak lama Rahma kemudian menyodorkan bungkusanku.
Rangga kemudian memimpin kami berdoa untuk makan. Anak-anak berdoa dengan kompak dan lantang. Energi mereka bahkan terlihat belum berkurang sejak pagi. Kami semua makan dengan lahap makanan kami masing-masing.
Makan siangku hari ini terasa begitu nikmat. Entah karena aku kelaparan atau karena aku makan bersama mereka semua. Suasana yang selalu aku bayangkan ketika ketiga temanku menceritakan proyek ini.
Aku salut dengan anak-anak ini, mereka langsung berdiri setelah makanan habis. Lalu membuang bungkus bekas makanan ke tempat yang disediakan dengan tertib. Tidak lupa mereka cuci tangan dan segera kembali ke tempatnya semua.
Mungkin semua ini merupakan dampak keberlangsungan program ini. Program yang baru berjalan kurang lebih satu tahun. Aku merasa bangga sekaligus beruntung berkawan dengan Danu, Rangga maupun Rahma.
Rahma yang merupakan teman sebangku yang menceritakan tentang rencana ini. Salah satu ide yang Danu ingin lakukan sejak lama. Mereka sempat mengajakku saat awal pelaksanaan. Namun aku terpaksa menolak karena paham betul dengan bapakku.
Kegiatan yang hanya berawal secara sukarela belakangan mendapat dukungan dari para donatur. Kang Ruslan yang merupakan seorang mahasiswa sekaligus pekerja lepas lah yang banyak membantu kami. Tidak lupa orang tua Danu yang notabene memang berada dibanding kebanyakan wali murid di kelas kami.
Selepas makan siang anak-anak diminta untuk mempersiapkan sesi presentasi dan praktek. Anak-anak secara inisiatif berebut untuk tampil terlebih dahulu. Mereka tampil dengan percaya diri memperagakan hasil. Lalu kelompok lainnya saling berebut bertanya karena teman-temanku.
Menurut Rangga, mereka selalu antusias dan aktif dalam setiap pertemuan. Apalagi jika sesi praktek dan presentasi. Tidak lupa teman-temanku selalu menyediakan hadiah kecil sebagai penghargaan untuk mereka yang aktif.
Tanpa terasa hari sudah menjelang sore, setelah kami berpamitan deru mobil Kang Ruslan mendekat. Kami kemudian masuk ke dalam mobil secara bergantian. Aku kembali menatap kembali ke arah Tempat Pembuangan Akhir saat mobil melaju.
Ada perasaan bahagia yang sulit digambarkan. Aku ingin segera bertemu bapak dan menceritakan kegiatanku hari. Kondisiku yang berbeda selalu membuat bapak khawatir. Tidak hanya untuk diriku malah sebaliknya akan merepotkan orang lain. Kakiku memang tak sempurna lagi, namun aku layak mempunyai pengalaman pertamaku.
Tamat.
Posting Komentar
Posting Komentar