Medan di lokasi ini cukup tidak bersahabat denganku. Hal ini yang membuat bapak berpikir dalam waktu yang lama atas keinginanku. Aku hanya ingin merasakan sebuah pengalaman baru dengan teman-teman baikku.
"Apa kabar semua?" Tanya Danu ada puluhan anak
yang duduk rapi di depannya.
"Alhamdulillah, luar biasa, Allahu akbar." Beberapa
anak mengalihkan pandangan ketika aku berjalan memasuki area tersebut.
“Gimana hari ini sudah siap belajar?” Tanya Rangga lebih semangat.
“Siap kak.” Seru anak-anak lebih lantang.
"Oh iya, hari ini kita kedatangan seseorang yang spesial.
Kenalkan ini kak Asa, hari ini kaka Asa akan belajar bersama kita. Yuk sapa
dulu kakaknya." Seru Rahma memperkenalkanku pada anak-anak tersebut.
"Apa kabar kakak Asa?" Suara mereka kompak dan
lantang menyapaku.
"Alhamdulillah baik,” aku terdiam sembari melihat binar
mereka satu-satu. “Mari belajar bersama ya." Sambungku bergetar.
“Oke, seperti biasa, yuk berdiri dan pilih teman belajarmu
ya. Jadi dua kelompok. Siap?” Tanya Rangga disambut jawaban mereka
“Siap kak.”
“Kaka hitung sampai sepuluh.” Ucap Danu selanjutnya lalu
memulai hitungan “Satu, dua, tiga...”
Aku melihat anak-anak berhamburan. Mereka bergerak bersama di
depanku. Bahkan ada yang malah berputar-putar.
“Sembilan, se.. pu..luh” Rangga melakukan sepuluh hitungan.
Anak-anak aku rasa sudah terbiasa melakukan ini sebelumnya.
Namun proses ini tetap lucu bagi Rahma yang sempat tertawa kecil di sebelahku. Aku
pun juga sempat kaget melihat tingkah mereka.
Mereka terbagi menjadi dua kelompok setelah hitungannya
selesai. Rangga kemudian mengajakku bergerak ke kelompok pertama. Sedangkan
Danu dan Rahma berjalan menuju kelompok dua.
Kami sudah sempat membahas tema maupun mekanisme kegiatan sepulang
sekolah kemarin. Bahkan kami juga mengadakan stimulasi agar prosesnya tidak
menemui kendalan. Aku pun mengulang secara mandiri semalam sebelum tidur.
Rangga paham betul bagaimana watak dan tipikalku. Dia lalu
memintaku memintaku yang menjelaskan. Namun aku menolaknya kali ini. Entah aku
masih merasa canggung. Akhirnya Rangga yang memulai penjelasannya.
Waktu membuatku mulai terbiasa dengan apa yang aku lalui
hari ini. Aku mulai menjawab pertanyaan anak-anak ketika Rangga mulai
kuwalahan. Aku sempat tertegun ketika mereka langsung terdiam dan menyimak penjelasanku
dengan khimat.
Setelah kami memberikan penjelasan, anak-anak segera meraih alat
dan bahan yang kami sediakan. Anak yang muncul dijendela tadi berada dikelompok
satu. Tiba-tiba dia mendekati dan mengajukan pertanyaan.
“Kak Asa, makasi udah datang, jadi rame.” Ucapnya polos
“Benarkah?” Tanyaku mengkonfirmasi.
“Iya, biasanya kami sama kak Rangga aja, bosen.” Jawabnya.
“Alhamdulillah kalau begitu ya.” Sembari tersenyum kecil.
“Bulan depan datang lagi kan ya?” Tanya kembali sembari bekerja
bersama dengan yang lain.
Aku terdiam membisu mendengar pertanyaannya. Aku tak bisa
menjawab pertanyaannya. Aku belum pernah tanya pada Bapak mengenai hal
tersebut. Ijinnya hari saja sudah sungguh sangat luar biasa bagiku.
“Sa lihat sini dong.” Perintah Rahma sambil membawa ponsel
genggamnya.
Aku lantas tersenyum manis menatap kamera gawai Rahma.
Tiba-tiba Rangga dan Danu datang ke arahku. Mereka berpose di samping kanan dan
kiriku. Tak lama Rahma memanggil seorang anak untuk membantunya menangkap
gambar kami berempat.
“Sa, senyumnya manis banget. Aduh Danu nih ngapain posenya
gitu amat sih.” Ucap Rahma sembari melihat hasil foto kami.
“Udah aku kirim ke nomermu, cepat kirim ke Bapakmu biar gak
khawatir.” Perintahnya lagi.
Danu dan Rangga menghambur menuju anak-anak kembali ketika
aku meraih telepon genggamu di dalam tas. Aku kemudian membuka riwayat percakapan
dengan Bapak. Lalu mengirimkan foto yang baru saja Rahma kirim.
Aku kembali memasukkan telepon genggam dalam tas lalu
kembali membantu anak-anak. Aku begitu senang sekaligus terharu. Setelah sekian
purnama akhirnya aku memiliki pengalaman pertamaku. Pengalaman belajar bersama
dengan anak-anak di tempat ini.
Bersambung
Posting Komentar
Posting Komentar