Cuaca hari ini sungguh indah, aku bisa melihat langit biru. Matahari sejak pagi menari lembut menyentuh kulitku. Kicau burung milik bapakku merdu mengantarku pergi. Bang Malik pagi ini juga dalam suasana hati yang baik. Senyumnya mengembang ketika aku melambai tinggi menunggu kedatangannya.
“Abang terlihat begitu bahagia pagi ini?” aku mengawali.
“Benarkah?” Ia balik bertanya.
“Benaran.” Jawabku balik.
“Baguslah kalo begitu.” Menutup obrolan kami.
Entah mengapa semesta kali ini terasa begitu bersahabat
denganku. Aku terus bersenandung selama menikmati perjalananku. Pohon-pohon di pinggir
jalan terlihat bergerak kompak. Bersamaan dengan hembusan angin yang membelai pipiku.
Sebenarnya pagi ini tidak ubahnya dengan pagi-pagi yang
lain. Namun semua terasa berbeda paska bapak mengajakku mengobrol semalam.
Setelah sekian purnama akhirnya bapak mengiyakan permintaanku.
“Nduk.” Bapak tiba-tiba memanggilku menjelang jam tidur.
“Iya, pak.” Jawabku sembari berdiri menghampiri beliau yang
tengah membuka tirai kamarku.
“Sini.” sembari Bapak melangkah menuju kursi ruang tengah.
Aku berjalan menuju kursi di hadapan Bapak duduk. Setelah
meletakkan bokongku pada posisi nyaman, aku tatap bapak lekat-lekat. Aku selalu
menyukai mata tajam Bapak yang berpadu dengan senyumnya yang selalu manis.
“Bapak sudah mempertimbangkan semua, baik bapak akan
mengikuti keinginanmu.” Aku sempat terdiam dengan jawabannya.
“Terimakasih bapak.”, Sembari melangkah dan memeluknya.
Pagi ini sesampainya di sekolah, bang Malik memberitahuku
bahwa akan terlambat menjemput. Meski kaget aku malah merasa senang. Aku
langsung membayangkan kegiatan yang bisa kulakukan sembari menunggunya.
“Pagi.” Suaraku memecah keheningan suasana kelas hingga Danu
dan Rangga yang sedang menyalin PR Rahma terperangah.
“Kirain siapa?” Danu menjawab dengan ketus.
“Iya, ngagetin aja sih Sa.” Rangga menimpali.
“Sa, kayaknya kamu happy banget nih hari ini.” Tanya Rahma
saat aku meletakkan tas tepat disampingnya.
“Harus dong.” Jawabku singkat sembari melangkah menuju papan
tulis.
Hari ini merupakan hari selasa, dimana kami berempat mendapatkan
jadwal piket kelas. Rahma, Danu maupun Rangga selalu berangkat lebih awal.
Rumah mereka hanya berjarak beberapa langkah dari sekolah. Selepas bertugas Danu
dan Rangga akan menyalin hasil pekerjaan rumah Rahma.
Rumahku berjarak lima belas menit dari sekolah. Alhasil aku
selalu datang pada urutan paling terakhir. Mereka sangat baik padaku, hanya menyisakan
tugas membersihkan papan tulis dan meja guru.
“Gimana Sa, jadi ikut pergi kami besok minggu?” tanya Danu padaku.
“Hmmm, maaf ya kayaknya aku harus ikut...” aku berhenti
menjawab.
“Ah nggak asik dah kamu Sa.” Jawab lesu Rangga.
“Sebel, aku kan belum selesai ngomong.” Timpalku lagi.
“Kamu jadi ikut kami Sa?” Tanya Rahma serius.
“Iya dong, makanya aku hari ini seneng banget.” Jawabku
riang sembari menatap lekat mereka satu persatu.
“Yeah.” Teriak Rahma girang.
“Sa, kamu gak usah bawa apa-apa. Yang penting kamu berangkat
pagi. Okay?” Perintah Rangga.
“Hmm, doain ya, semoga bang Malik bisa bangun pagi.” Jawabku
lesu
“Kenapa kamu gak nginep tempat Rahma aja?” Tanya Danu.
“Iya, bener tuh kata Danu.” Rahma menimpali.
“Aduh, gimana ijinnya, buat ikut kalian besok minggu aja aku
harus ijin sejak sebulan ya lalu loh.” Jawabku mengiba.
“Hari ini masih Selasa, udah kamu coba tanya dulu aja.”
Rangga memberi dukungan.
“Semangat Sa.” Teriak Danu
“Jika pun gak bisa nanti kita bantu ngomong sama abang Malik
biar bangun pagi.” Rangga memberi pencerahan.
“Makasi ya gengs.” Jawabku ragu.
Jujur aku senang bisa pergi dengan mereka besok minggu.
Setelah hampir sebulan aku mengutarakan niatku pada Bapak. Namun restunya
ternyata tak semudah itu. Aku berharap banyak pada bang Malik. Semoga dia bisa bangun pagi dan mengantarku ke sekolah
tepat waktu hari minggu esok.
Posting Komentar
Posting Komentar